Copyright © Goresan Tinta Ela
Design by Dzignine
Kamis, 02 Oktober 2014

NDLOSOR.


Kuda Laut Jantan kasihan-kasihan gimana gitu ya. Udah ngeluarin sperma, masih harus mengandung dan melahirkan. Kasihan.
***
Nek ana sing takon :
Kapan ujian?
Kapan Yudisium?
Ikut Wisuda yang kapan? Meneh !
Tak lolohi granat tenan !
***
Jengkol ~ Kamu bukan ayam goreng. Tapi kamu enak.

Pete ~ Kamu bukan jengkol, tapi kamu juga enak.

Cilok ~ Kamu bukan kerupuk, tapi kamu lebih enak dari legendar. 

Roti ~ Banyak yang bilang kamu enak. Dan, kamu memang enak.

Mie Instan ~ Kata dokter kamu tidak sehat, tapi dokter juga makan kamu. Itu berarti mie sedap rasa soto memang unik.

Agar-agar ~ Kamu bukan wafer, tapi kamu juga bukan toples. Kamu adalah ager-ager.

Royco ~ Kamu sejenis Masako, tapi Mamakku suka sama Sasa. Ajinomoto bukan Sasa, dia adalah mangkok bakso. Aku suka bakso, tapi tidak suka ajinomoto. Maka, Royco memang enak di gado. Seperti indomie goreng.

Cipir ~ Kamu mirip kacang. Tapi bukan buncis. Kamu bisa dimakan, tapi bukan gebleg ataupun dawet ireng Jembatan Butuh. Kamu adalah saudaranya suring. Mereka menyebut suring sebagai daun keningkir. Dan aku tidak suka mbayung. Oleh karena itu, aku tidak semangat ngerjain skripsi saat Dosbingku sedang bepergian. Maka. Mamakku merebus cipir sebagai teman bayam di loteknya.

My Cool Jumbo ~ Kamu adalah minuman seharga 500an. Lebih murah dari ale-ale, tapi lebih besar. Cicak tidak suka kamu, tapi anak-anak SD suka kamu yang beku. Seperti hati jomblo di malam minggu. Dwi Okta dan Ega suka ale-ale, itu tidak berarti mereka belum mencicipi kamu. Kamu adalah minuman misterius yang di jual Mamak. Dan aku suka jika kamu habis. Itu berarti Mamak dapat uang. Beliau akan bahagia jika dapat uang. Dan aku akan meminta uangnya untuk membeli Top White Coffe.

Tempe ~ Aku tahu kamu terbuat dari kedelai. Dan aku suka karena kamu enak. Tsani dan Comek juga suka tempe penyet, karena tahu juga enak. Maka, gas di warungku sedang habis. Sehingga banyak tetangga yang tidak bisa ngutang gas. Lalu, mereka tidak bisa menggoreng tempe. Karena kayu bakar sudah langka.

Melinjo ~ Kamu adalah bahan emping. Tato gambar emping adalah panu. Jangan makan terlalu banyak melinjo, kata Simbok badanmu akan sakit-sakit. Karena lelakiku Ustadz, tapi dia alergi ketela. Maka dia beli handuk, bukan buat selimut, tapi buat mandi. Aku pernah makan keripik kulit melinjo pedas di sekolahnya Hesti, tidak enak, pahit. Jadinya, lelakiku suka susu kedelai.

Dunia Maya ~ Aku suka dia, tapi dia tidak enak. Karena dia Maya. Lelaki tidak suka kamu, karena kamu dunia. Lelaki suka Luna.

Ikat Rambut ~ Aku punya banyak tapi mudah hilang. Jadi. Aku suka minta punyanya Comek. Comek jadi marah, tapi dia baik. Jadi, lalat suka hinggap di tempat kotor tapi dia akan mati jika tenggelam di kopinya Bapak. Ikat rambut termasuk hadiah ciki di warung Mamak. Karena Marimas juga bisa jadi es. Maka ikat rambut penting untuk wanita.

Tapir ~ Dia hewan.

Tempat sampah ~ Aku capek, mau mandi trus shalat dhuhur. Ada kulit kacang di tempat sampah, barusan aku sama Simbok bersih-bersih di rumahnya Paman Senin. Ada pohon cimplukan di dekat dapur. Jadi, pulang-pulang Simbok makan ciloknya Pak Yono. Enak. Tapi simbok membunuh rumput-rumput yang tumbuh dengan membakarnya. Aku sedih. Seharusnya mereka di pangkas saja, karena pembakaran akan membunuh semut dan hewan kecil di rumput itu. Lalu Mamak menjual kardus dan barang rongsokan. Aku bahagia, karena di kasih uang empat ribu buat beli pulsa. 

Bensin ~ Mudah terbakar. Bukan matahari ataupun inti bumi. Dia bensin. Kerabatnya minyak tanah. Bukan berlian atau permata. Dia mirip air yang baunya enak. Aku suka bensin. Tapi dia mahal. Suka buat debat orang banyak. Maka, Yahya memanggil Mbah Habib karena melihat ayam.

Susan ~ Anak perempuannya Mbak Eli. Imut. Aku sayang dia, tapi lelakiku suka cemburu sama dia. Dia sayang Yahya. Padahal belum pernah ketemu. Maka Mamak ngirat dan menganam untuk menambah penghasilan. Kemudian aku mau mandi. Sudah siang.

Putih ~ Bukan Hitam. 

Langit ~ Bukan pelangi.

Biru ~ Bukan kuning.

Kuku ~ Bening.

Darah ~ Bukan Tulang, juga bukan daging. Dia merah, pelengkap putih sebagai bendera.

Bola ~ bundar, ereg, bumi, planet, matahari, mata, oreo, selotip, andeng-andeng. Adek Sidik suka maen bola. Tapi Hani suka boneka. Aku suka makan. Hesti juga suka makan. Karena Hesti adikku, tapi dia langsing. Aku suka iri, tapi aku imut. Dia suka sedih. Maka dari itu, aku gendut, seperti bola, agar dia tidak terlalu iri. Sayangnya senyumku manis, maka banyak pacar orang tergoda. Untung saja aku setia, maka aku mau shalat dhuhur.

Deg deg deg ~ detak jantung ~ tik tok tik tok ~ suara detik jam ~ . . . ~ titik titik ~ ~ ~ ~ spasi.

Semua tidaklah berarti tanpa spasi.
***
Salim sungkem pada lelaki hobi kelahi tapi menghargai dan menghormati wanita seperti dia menghormati ibunya. Salim kagum pada lelaki yang berani ngomong kasar dan urakan tapi sopan terhadap wanita. Salim hormat pada mereka yang ku sebutkan barusan dengan syarat mereka bukanlah lelaki bajingan yang hobi mengumbar janji juga rayuan ke banyak wanita, simpel kata, mereka bukanlah lelaki terlaknat yang gemar nyleweng juga selingkuh dimana-mana (´Oƪ)
***
Kalian tahu fiksimini? 

Iya. 

Mini itu nama Ibunya Dedes. Dedes itu cucunya Biyung Sentul. Biyung Sentul itu Ibunya Mbak Trimi. Iyap. Beliau tetangganya Mbah Joyo. Mbah Joyo itu rumahnya di samping SD Negeri 1 Prapag Lor. 

Kalian tahu Prapag Lor itu dimana?

Kalian tahu Planet Pluto? 

Tetangganya ada Planet Nebula. Nah. Daerah yang diserang negara api, kalian pasti tahu dong ya? Di situ itulah.

Prapag Lor berada di Pituruh. Tapi, aku sedih. Karena Pituruh belum juga melepaskan diri dari Indonesia dan membikin negara baru. Itu karena Pituruh adalah bagian dari Purworejo. Dan Purworejo itu setia sama Jawa Tengah. Meskipun, banyak yang tidak tahu Purworejo itu dimana. Padahal, Purworejo itu dekat dengan Yogyakarta. Semua orang tahu Yogyakarta, tapi tidak Purworejo. Padahal lagi, keduanya sama-sama bagian dari Nusantara. 

Mungkin ini adalah dampak dari pemanasan global. Kemudian hadirlah ungkapan rumah kaca. Kalian jangan masuk rumah kaca, karena di sana ada naga bertanduk sepuluh. Harimau, beruang dan semua hewan menakutkan tunduk padanya. Tapi, dia tunduk padaku. Bukan karena aku mengerikan, itu hanya karena aku pernah menolongnya dari jeratan kutu yang terkutuk. Kasihan, tanduknya gatal-gatal dan dia tidak bisa menggaruk. Dia tidak punya tangan, sehingga hanya mampu menyemburkan api ketika gatal. Oleh karena itu, aku me’metani’nya. Jadilah dia hewan yang baik. Tapi, tetap saja, dia menakutkan seperti kentut manusia yang selama tiga hari berturut-turut makan jengkol tanpa spasi. 



Manusia kutub tidak suka jengkol, mereka juga tidak butuh uang untuk hidup dan makan. Manusia kutub memakan ikan kecil, tapi tidak mengebom lautan. Manusia kutub bersahabat dengan putri duyung. Mereka sayang sinterklas. Tapi sayang, sinterklas sedih. Sangat sedih. Karena kera sakti belum juga memberi kabar tentang kitab suci yang dia cari. Akhirnya sinterklas bertanya pada pandawa, tapi pandawa juga tidak tahu. Pandawa sibuk berunding dengan kurawa tentang bagaimana memasukan Anjing ke dalam surga. Bertambah galaulah sinterklas. Akhirnya mereka bersama-sama bertanya pada undur-undur. Undur-undur tak mampu menjawab, dia sedang sibuk maju-mundur mencari tulang rusuknya yang hilang. Konon katanya tulang rusuk undur-undur yang hilang di curi pelukis yang suka menulis. Karena Kurawa, Pandawa dan Sinterklas kasihan. Akhirnya mereka mengunjungi Puri Berhantu Bidadari. 

Ya udahlah. Segitu aja. Aku capek nulis. 

Anggap saja di puri itu ada kancil yang suka mencuri wortel. Agar di sana surat rahasianya Ir Soekarno dapat ditemukan. Tapi, sepertinya kera sakti jatuh cinta sama Iteng dan melupakan tugasnya untuk mencari kitab suci. Padahalkan, Iteng itu kan sayang Kabayan, mereka ada di Bandung, tapi, kitab sucinya juga tidak ada di Lombok. Ya sudah. Akhirnya SBY galau, Bu Ani pun aplot-aplot foto sedih di akun instakilogram'nya. 

Lalu bagaimana nasib demokrasi di Nusantara?

Ya gak tahulah. Saya kan bukan DPR. Saya juga bukan bunga raflesia. Bukan Iteng, bukan Dayangsumbi, bukan elang, bukan rajawali, bukan nyi pelet, bukan nyi roro kidul, bukan Agnes Mo, bukan Fatin Fatin Foya Soto Surabaya di Taman Kuliner UNY, bukan ulet di pucuk daun teh, bukan tawon alias lebah yang bisa menghasilkan madu buat manusia, bukan blatung di durian yang busuk, bukan putri salju ataupun Demi Lovato, bukan Mita the virgin, bukan kenalpot motornya Pangeran Inggris, bukan hantu-hantuan di 0 KM, bukan bawang putih, bukan bawah merah, bukan mrica, bukan kemiri, bukan Klepu, bukan rambut ketiaknya badak bercula satu, bukan cucunya komodo, bukan ilernya tengu si hewan berwarna merah yang kecil sekali, bukan hello kitty, bukan Bunda Hana, bukan istrinya Haji Muhidin, bukan mantannya Rafi Ahmad, bukan penggila K-Pop, bukan juga Upik Abu yang di siksa Ibu Tirinya. Aku hanya Cinderella yang kehilangan Cinder'nya. 

Jadi, Fiksimini itu bukan cerita tentang Bima Kesatria Garuda ya gaes. Tapi tentang cicak yang membocorkan persembunyian seseorang. Ah. Bukan bukan. Aku tidak tahu Fiksimini itu apa.
***
Saya masih percaya pada anda Pak eSBeYe. Sayangnya, banyak yang katanya kecewa kemudian menghujani anda dengan desakan. Sebenarnya, saya kasihan pada anda. Tapi, sikap seperti mereka terkadang dibutuhkan dalam situasi yang kiranya mendesak untuk segera ditangani. Saya hanya perempuan yg katanya masih muda dengan kekuatan logika yang tidak seberapa dibanding lelaki, Pak. Saya bukan WNI yang paham banyak tentang urusan kenegaraan. Saya hanya mampu menyumbang doa dan dukungan dengan harapan anda mampu mengambil jalan keluar yang baik bagi segala pihak, khususnya rakyat yang memilih dan sempat memberikan kepercayaan pada anda untuk memimpin mereka. Juga, semoga Presiden selanjutnya mampu membangun RI dengan dukungan dari masyarakat serta mampu memuaskan dukungan mereka dengan rasa bangga pada pemimpinnya. Dan lagi, semoga kalian semua ingat bahwa tanggal di hari ini sempat kalian coba hafalkan beserta penjelasan dan kisahnya menjelang ulangan mata pelajaran sejarah.

Yogyakarta, 30 September 2014
***
Kemaren waktu gantiin Mamak rewang di rumah tetangga, disuruh bersihin bulu ayam buat ingkung. Eh disalah satu bagian kulit ayamnya ada banyak sekali tengu. Tengu itu hewan kecil merah yang gatal sekali kalau sudah menempel di kulit. Ya gitu, kulit ayamnya jadi bengkak tak beraturan, saking banyaknya tengu itu. Padahal, manusia kena tengu satu aja guling2nya gak ketulungan. Gimana kalo ayam ya? Sampe sebanyak itu dan dia gak bisa menggaruk bagian tubuhnya yang tertempel Kutu Tengu. Kasihan kan ayam? 

Kewarasanku, datanglah (ʃ_̀ )




Yogyakarta, 3 Oktober 2014.
Ela Sri Handayaningsih


2 komentar:

  1. sangat menarik dan lumayan bisa buat ketawa dan campur campur pokoknya deh baca artikel yang satu ini... Ditunggu artikel seru lainnya mbak... :)

    BalasHapus
  2. Terimakasih sudah berkunjung :')

    BalasHapus