Yogyakarta.
Rabu, 25 Juni 2014
Untukmu,
Jodohku.
Hai
kesayangan, pagi ini aku kembali rangkaikan beberapa kata untukmu. Kamu yang
selalu ku tunggu. Kamu yang selalu ku nanti. Kamu, sosok pangeran nyata yang di
janjikan Tuhan untuk pemimpin hati dan hidupku.
Sayang,
jangan datang sekarang ya. Penelitianku belum selesai, skripsiku belum kelar.
Aku tak akan mengenalimu jika kau hadir terlalu dini.
Oiya,
tanda apa yang bisa membuatku yakin kalau ‘dia’ itu kamu? kamu hitam atau
putih? sepeda, motor atau mobil? masa iya kamu pake grobag? odong-odong? hmmm
lebih tua atau lebih muda dariku? oiy oiy kamu tampan tidak? haduh jangan-jangan
kamu mirip Bapakku ya? hitam dan jelek, tapi tetap nyaman untuk tempatku
kembali. :)
Sayang,
maaf. Aku sempat beberapa kali jatuh cinta pada lelaki, sebelum akhirnya kelak
kau lah tempat berlabuh ternyaman bagi cinta dan hatiku. Oiya sayang, kamu akan
menerima aku apa adanya kan? meskipun aku gendut? meskipun aku terlalu crewet?
meskipun aku alay? kamu gak akan eneg kan kalau aku ngalay di depan
teman-temanku? kamu gak akan marah kan saat aku menampakan sikap manjaku? aku
kan juga butuh perhatianmu, butuh keromantisan saat kita berdua dan menikmati
manisnya cinta. Halah. Nanti kalau sudah bertemu paling juga aku malu.
Aku
hanya mau kamu menerima aku apa adanya, bukan berarti aku melarangmu untuk
mengaturku. Bukan berarti aku melarangmu marah kala sikapku sudah keluar dari
batasan yang kau buat. Bukan berarti aku melarangmu untuk memimpinku, sungguh.
Wanita mana yang mau diacuhkan. Puan mana yang mau didiamkan oleh pasangannya. Jika
kamu mau aku untuk ini, aku untuk itu, mengubah ini, mengubah itu, menjadi
begini, menjadi begitu. Bilang, bilang saja sayang. Tapi, kenali aku dulu.
Karena ada cara-cara mengingatkan yang kurang ku sukai. Karena ada sikap-sikap
peduli yang kurang ku senangi. Karena ada beberapa perhatian yang terkadang
membuatku jenuh.
Tidak
tidak tidak. Bukan berarti aku berani menentangmu. Aku hanya ingin kita saling
mengisi, saling peduli dan memberi apa yang seharusnya diberi. Saling perhatian
dan memahami apa yang memang harus dipahami. Saling mencintai dan mengasihi.
Saling mengingatkan dan saling melembutkan hati.
Sayang…
Aku
takut…
Jikapun
aku harus diet mati-matian, merawat kecantikanku, belajar jadi wanita feminim,
belajar jadi wanita yang kiranya kau fikir itu baik. Aku sungguh mau. Asalkan
kelak, kau berjanji tak akan meninggalkanku. Kau tak akan menduakan, mentigakan
apalagi membanyakan cintamu. Kau pernah menonton RCTI tidak? Ada sebuah
sinetron yang baru ku tonton sekitar 3x, namun membuatku resah luar biasa.
Lelaki mungkin mencintai satu wanita, namun nafsunya mudah sekali mampir ke
sana ke mari. Aku benar-benar takut.
Suatu
saat nanti pasti aku akan jauh lebih jelek dari saat kita bertemu. Kau harus
berjanji akan terus mencintaiku ya! ini harus! aku tak mau keriput dan badan
yang semakin entah apa kelak, membuatmu malu berjalan bersamaku. Aku pasti akan
sangat sedih. Jangan lakukan itu.
Sayang…
Doakan
aku segera mendapatkan gelar sarjanaku ya. Agar aku segera menikmati kesibukan
dan kerempongan baru di dunia kerja. Agar aku mampu menuntaskan ‘sedikit’ harap
dari keluargaku akan diriku. Agar kita bisa segera berjumpa, saling tersipu
malu, curi-curi pandang, tersenyum lembut kala orang tua mu datang melamarku.
Menahan jutaan rasa haru dan bahagia yang mungkin akan mencipta air mata. Air mata
kebahagiaan. Sungguh sayang, aku pasti akan sedikit sekali bicara saat itu.
Atau, malah banyak? ah entahlah, lihat saja nanti.
Sayang,
aku merindukanmu.
Dimanapun
kamu. Sedang apapun kamu. Dengan siapa kamu sekarang. Sesibuk apapun kamu.
Senyenyak apapun tidurmu. Sekurus atau segendut apapun kamu. Setampan atau
sejelek apapun kamu. Sekaya atau semiskin apapun kamu.
Teruslah
berjuang.
Teruslah
berjuang mengindahkan hidupmu. Teruslah berjuang memperbaiki dirimu. Teruslah
berjuang membahagiakan orang-orang di sekitarmu. Teruslah berbahagia. Teruslah
bersyukur. Teruslah belajar mengenal manusia, belajarlah mengerti kehidupan,
meski tak akan seutuhnya kita pahami, hanya, teruslah belajar dan belajar.
Teruslah belajar dan berjuang demi masa depanmu, masa depan yang kelak akan
menjadi cita-citaku, masa depan yang kelak akan menjadi harapan kita.
Sayang…
Manusia
memang tidak ada yang sempurna. Hanya berharap, aku dan kamu mampu terus
berjalan di jalan Tuhan Yang Maha Sempurna. Jika aku mulai berbelok, terus
ingatkan aku. Jika aku mulai melenceng, jangan pernah lepaskan genggamanmu.
Jika aku mulai menyebalkan, lembutkan hatimu. Jika aku mulai rapuh, peluk
hatiku. Jika aku mulai lelah, tetap dan teruslah di sampingku. Bersamaku.
Memimpinku. Mencintaiku. Menerimaku. Melengkapiku.
Sayang…
Sungguh…
Aku
mencintaimu.
Dari Perempuanmu.
Ela Sri H