Yogyakarta, 2
Maret 2014
Samirono, CT VI,
313A.
“Tulislah apa yang ingin kau tulis, bukankah hanya tulisan yang
abadi saat kamu telah tiada?” @cupydevil
“Tulislah semua yang ingin kau kenang, bukankah tulisan mampu
menghadirkan kembali semua hal indah dan serpihan-serpihan manisnya luka
di masa lalu?” @cupydevil
“Tuangkan semuanya, cintamu, persahabatanmu, pertikaianmu, tingkah
konyolmu, tawa bahagiamu, tangis di balik tawamu, tangis kebahagian bahkan
tangis penyesalan dan tangis kesedihanmu. Tuangkan semuanya dalam tulisan.” @cupydevil
“Bagilah! Bagilah kebahagiaan dengan menulis! Bagilah pelajaran
hidup dengan tulisan! Bagilah pengalaman indah dan harumu, dalam coretan
tintamu! Menulislah!” @cupydevil
***
Malam
ini, beberapa pelajaran di masa lalu membuatku memberikan kesimpulan. Bahwa dia
yang sekarang dekat, tak selamanya akan dekat denganmu. Dia yang dulunya
me’musuhi’mu, bisa saja kelak akan menjadi sahabat terbaikmu. Namun, satu hal
pasti yang akan selalu abadi dalam ingatan : bahwa dia yang ada di hidupmu saat
ini, baik musuh, teman maupun pacar, kelak akan menjadi sebuah bagian dari
ceritamu. Apa yang ada di hidupmu saat ini, kelak akan menjadi manis dan
pahitnya alur perjalanan hidupmu. Pilihan apa yang kau ambil saat ini, akan
menjadi sebuah teka-teki yang kelak akan kau temukan jawabannya. Karena inilah,
kehidupan.
Aku
adalah mahasiswi jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, FIP, UNY. Jurusan
yang masih terbilang baru, dan jangan tanyakan kenapa aku memilihnya! Tentu
saja kalian tahu, karena aku ditolak matang-matang oleh pilihan jurusanku nomer
satu pada tes SNMPTN, dulu. Apakah pilihan yang akhirnya aku ambil adalah sebuah
paksaan dari takdir? Bukankah kita yang memilih jalan hidup mana yang mau kita
tempuh? Bukankah Tuhan hanya memberikan pilihan-pilihan dan keputusan tetap
ada di tangan kita?
Aku
percaya, dari jurusan ini lah awal mula pengalaman baru telah dimulai.
Coba
saja aku tidak masuk jurusan ini, aku tidak akan bertemu dengan Profesor
filsafat yang selalu digandrungi mahasiswanya, tidak akan mengenal
manusia-manusia segila mahasiswa Kebijakan Pendidikan, tidak akan ada yang
memanggil “Emak”, tidak akan merasakan asiknya melebur bersama politik kampus,
tidak akan mengenal si tengik Heru Moron, Om Tomicuk and Rizka Y, Deny
Setyancuk dan kekasihnya Bebeh Sinta, Neng Gita CS, Group Klaten Bersinar,
Ustadzah Ws, Si Bangka Diah, Melan sang Kuda sumbawa, Gunung Kidul friends,
Melonizer Sang Rubend Bend, Ria Mapres, Dwi Aya sahabat bagai kepompong,
Diditasen dan Pipitasen sang kembar sial, Elo teman sekantor dengan berjuta
tawa dan tangis, Iyaza sang legendaris, teman-teman KP B dengan sejuta pesonanya,
kakak tingkat dengan beragam tingkah dan pola, dosen-dosen yang supeeerrr…..dan semua warga UNY.
Jika
saja aku tidak menjalani pilihanku dengan selalu mengingat bahwa ‘aku sedang
bahagia’ mungkin aku akan terserang penyakit yang lebih parah dari penyumbatan
syaraf. Pastinya aku tidak mau terus-terusan mengingat hal-hal pait yang aku
jalani selama kuliah, itu hanya membuatku lupa untuk bersyukur atas jutaan tawa
yang menggantung di lorong-lorong kampusku. Seharusnya aku menghiasi
detik-detik terakhir perjuanganku di kampus pendidikan ini dengan jutaan
kebahagiaan, bahagia untuk revisi, bahagia untuk bimbingan, bahagia untuk
mengerjakan skripsi, bahagia untuk menjemput kehidupan yang ‘harap’ku akan
lebih baik kelak (amin).
Walaupun,
terkadang itu hanya sebatas ‘seharusnya’…
Terkadang
aku lupa untuk bahagia, saat sedikit saja debu mengenai mataku, dikala aku ingin
memandang lurus ke arah kelulusan. Terkadang aku lupa untuk bahagia, saat beberapa
teman yang berangkat bersamaku, melaju dengan cepat ke arah depan, ke arah
gerbang ke’sarjana’an. Terkadang aku lupa untuk bahagia, saat banyak coretan
disana-sini dari dosbing di atas lembar proposalku menuju yudisium, proposal
skripsi. Bukankah seharusnya aku selalu ingat bahwa aku sedang berbahagia?
“Itu
lah manusia, mereka tidak pernah merasa puas. Jikapun cita-cita mereka sudah
tercapai, maka mereka akan menciptakan sejuta cita-cita baru. Jikapun mereka
telah mendapatkan jutaan kebahagiaan, maka mereka tidak akan berhenti untuk
mengumpulkan lebih banyak lagi tawa bahagia dan senyum kepuasan.” @cupydevil
Dan,
aku bahagia dengan rasa syukurku…
Rasa
syukur karena aku di lahirkan sebagai manusia. Dan sebagai manusia, aku tidak
akan berhenti berjuang untuk mendapatkan milyaran kebahagiaan untukku dan semua
orang yang aku sayangi. Aku tidak akan berhenti berusaha, menciptakan kebahagian
sebagai undangan bagi jutaan tawa sahabat-sahabatku. Aku adalah Ela, dan mereka
menyebutku Ratu Alay. Ingatlah, dengan alayku maka kalian akan tertawa bahagia
saat mengingat diriku, namaku dan semua kenangan tentang Ela Sri
Handayaningsih.
Tertanda
@cupydevil