Bagaimana
nasib anak-cucuku kelak?
Mampukah
dia menikmati nyanyian ayam saat fajar tiba?
Mampukah
mereka menikmati indahnya kilau hijau dedaunan saat fajar menjamah mereka?
Mampukah
mereka menikmati asiknya repek, mencari
melinjo dan cengkeh sampai ke hutan liar, menyatu dengan gigitan nyamuk dan
udara segar alam?
Mampukah
alamku sewaktu kecil dulu dirasakan manusia-manusia di masa depan?
Tidakkah
aku egois jika terlalu bersyukur atas masa sekarang yang bahkan nyaris
menenggelamkan alamku di masa kecil dulu?
Apakah
tidak konyol jika aku merasa menjadi manusia yang mencintai Tuhan, menyebarkan
dalil-dalil Tuhan, marah saat ada manusia mengejek kepercayaanku, marah saat
penganut kepercayaanku satu persatu dibinasakan, marah akan semua kemunafikan
politik dan permainan ekonomi, sedangkan tanpa mauku akui, aku
menikmati semua fasilitas yang jaman berikan padaku?
Aku
bahagia atas semua makanan enak yang
diam-diam melenyapkan alam hijauku?
Aku
marah saat harga minyak naik, dengan mulut yang mengoceh dan jemari yang tak lelah
menuliskan kritik serta ejekan, diam-diam aku berharap mampu membeli minyak dengan murah. Aku tidak mau tahu bagaimana nasib bumi saat minyak tak lagi ada?
Bagaimana
nasib bumiku saat sedikit demi sedikit kekayaannya dikeruk manusia demi memuaskan hasrat hidup mereka?
Aku tak pernah memikirkan bagaimana nasib manusia
di masa depan, yang penting bagiku adalah hidupku nikmat, semua serba mudah,
murah dan enak. Perjuanganku adalah demi hidup yang lebih baik, melimpah harta
dan mampu hidup sesukaku. Ah. Betapa aku ini selalu mengaku mencintai Tuhan.
Tapi, aku lupa membuang sampah pada tempatnya sehingga banjir meluap membawa
sampah-sampah itu. Saat musibah datang aku hanya mampu menangis dan meminta
ampun, setelah berlalu, aku pura-pura lupa untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan alamku. Bahkan aku memakan semua makanan nikmat yang tersaji secara
instan. Yah. Aku mencintai Tuhan dan bersyukur atas semua yang ada pada jaman
serba instan ini.
Apakah menurut kalian semua yang aku lakukan itu baik?
Apakah menurut kalian semua yang aku lakukan itu baik?
Jahat?
Manusiawi?
Normal?
HEI
AKU !
Apakah
tidak jahat jika aku memantas-mantaskan diri untuk merasa baik dengan semua
kelakuan busukku ini?
Apakah
aku pantas dikatakan makhluk paling sempurna diantara ciptaan Tuhan yang lain?
Apakah
sudah pantas manusia dijadikan khalifah?
Kenapa
Tuhan menjadikan manusia sebagai khalifah sedangkan Dia tahu manusia adalah
perusak bumi yang tidak pernah mau mengakui kelakuan mereka?
Tuhan
bilang Dia mengetahui apa yang tidak ciptaanNya ketahui. Apakah itu tentang
alasannya memilihan manusia sebagai khalifah?
Seharusnya
manusia adalah makhluk paling sempurna dibandingkan ciptaanNya yang lain.
Seharusnya itu benar. Semoga itu benar, amin.
Yogyakarta, 6 Januari 2015
Ela Sri H
tulisan yang sangat menyentuh gan... :'(
BalasHapusTerimakasih atas kunjungannya :)
BalasHapus