Copyright © Goresan Tinta Ela
Design by Dzignine
Selasa, 06 Januari 2015

Siapa Aku?

Bagaimana nasib anak-cucuku kelak?
Mampukah dia menikmati nyanyian ayam saat fajar tiba?
Mampukah mereka menikmati indahnya kilau hijau dedaunan saat fajar menjamah mereka?
Mampukah mereka menikmati asiknya repek, mencari melinjo dan cengkeh sampai ke hutan liar, menyatu dengan gigitan nyamuk dan udara segar alam?
Mampukah alamku sewaktu kecil dulu dirasakan manusia-manusia di masa depan?


Tidakkah aku egois jika terlalu bersyukur atas masa sekarang yang bahkan nyaris menenggelamkan alamku di masa kecil dulu?

Apakah tidak konyol jika aku merasa menjadi manusia yang mencintai Tuhan, menyebarkan dalil-dalil Tuhan, marah saat ada manusia mengejek kepercayaanku, marah saat penganut kepercayaanku satu persatu dibinasakan, marah akan semua kemunafikan politik dan permainan ekonomi, sedangkan tanpa mauku akui, aku menikmati semua fasilitas yang jaman berikan padaku?

Aku bahagia atas semua makanan enak yang diam-diam melenyapkan alam hijauku?
Aku marah saat harga minyak naik, dengan mulut yang mengoceh dan jemari yang tak lelah menuliskan kritik serta ejekan, diam-diam aku berharap mampu membeli minyak dengan murah. Aku tidak mau tahu bagaimana nasib bumi saat minyak tak lagi ada?
Bagaimana nasib bumiku saat sedikit demi sedikit kekayaannya dikeruk manusia demi memuaskan hasrat hidup mereka?

Aku tak pernah memikirkan bagaimana nasib manusia di masa depan, yang penting bagiku adalah hidupku nikmat, semua serba mudah, murah dan enak. Perjuanganku adalah demi hidup yang lebih baik, melimpah harta dan mampu hidup sesukaku. Ah. Betapa aku ini selalu mengaku mencintai Tuhan. Tapi, aku lupa membuang sampah pada tempatnya sehingga banjir meluap membawa sampah-sampah itu. Saat musibah datang aku hanya mampu menangis dan meminta ampun, setelah berlalu, aku pura-pura lupa untuk menjaga kebersihan dan kesehatan alamku. Bahkan aku memakan semua makanan nikmat yang tersaji secara instan. Yah. Aku mencintai Tuhan dan bersyukur atas semua yang ada pada jaman serba instan ini.

Apakah menurut kalian semua yang aku lakukan itu baik?
Jahat?
Manusiawi?
Normal?

HEI AKU !

Apakah tidak jahat jika aku memantas-mantaskan diri untuk merasa baik dengan semua kelakuan busukku ini?

Apakah aku pantas dikatakan makhluk paling sempurna diantara ciptaan Tuhan yang lain?

Apakah sudah pantas manusia dijadikan khalifah?

Kenapa Tuhan menjadikan manusia sebagai khalifah sedangkan Dia tahu manusia adalah perusak bumi yang tidak pernah mau mengakui kelakuan mereka?

Tuhan bilang Dia mengetahui apa yang tidak ciptaanNya ketahui. Apakah itu tentang alasannya memilihan manusia sebagai khalifah?

Seharusnya manusia adalah makhluk paling sempurna dibandingkan ciptaanNya yang lain. Seharusnya itu benar. Semoga itu benar, amin.



Yogyakarta, 6 Januari 2015
Ela Sri H




2 komentar: