Hallo,
apa kabar? Kalian sehat? Baguslah kalau begitu.
Maaf
gak pernah kasih kabar, bukan karena gue gak peduli sama kalian, gue cuma mau
kasih kalian waktu buat kangenin gue. Tapi kalau ternyata kalian tetep gak
kangen gue, ya gak apa-apa sih. Gue udah biasa kok dibikin kecewa sama harapan sendiri.
Jujur
nih, setelah sekian lama gak nulis, rasanya canggung mau bikin postingan baru
di blog ini. Tapi syukur alhamdulillah di bulan yang suci ini, Tuhan kasih
hidayah yang bikin gue berani mbacot di sini lagi, tak peduli masih ada yang
mau membacanya atau pun tidak.
Hmmmmm. Gue bohong. Gue masih berharap ada yang mau baca tulisan gue, segaring apapun
itu.
Sebelumnya,
gue mau nanya, kalian semua yang baca postingan blog gue manusia tulen kan?
Atau ada di antara kalian yang bukan manusia? Gue tanya beneran nih!
Berhubung
tulisan gue kali ini agak kasar, gue takut akan ada pihak-pihak yang terluka
hatinya. Jujur gak ada niat dari gue buat menyakiti pihak mana pun, tapi
bidadari juga lumrah salah. Sebagai hamba Allah, gue sadar gak bisa selalu
benar. Tapi, karena sebelum ini alam semeta tahu gue selalu benar, barangkali
sekaranglah saatnya gue melakukan kesalahan.
Kalian
tahu nyamuk? Iya, dia hewan.
Menurut
kalian, hewan punya kemampuan membaca gak ya? Gue bener-bener takut kalau
ternyata pembaca blog ini tidak semua manusia. Siapa tahu, ternyata tanpa
manusia tahu, hewan pun mempelajari gaya hidup manusia termasuk belajar membaca
tulisan manusia dan belajar bahasa yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.
Horor gak tuh? Gila dah! Gue belum siap mental untuk mati mengenaskan oleh
serangan nyamuk yang mengamuk, karena mereka membaca postingan ini. Sumpah, gue
berharap semua yang membaca tulisan ini adalah manusia.
Jadi
gini, beberapa menit yang lalu gue pergi ke warung bakso untuk minta sumbangan.
Berhubung gue malu ngomongnya, gue urungkan niat gue buat minta sumbangan dan
beralih beli bakso di sana. Tik tuk tik tuk tik tuk tik tuk tik tuk. Gak dink,
gue emang mau beli bakso. Gue plesetin biar lucu, tapi ternyata garing.
Hehehehehehe.
Selayaknya
orang beli bakso, gue bilang ke Si Abang “Bang, bakso dua, gak pake micin,
ganti kasih sayang” lalu gue dan adik gue duduk. Menanti bakso dan
adzan maghrib.
Semua
masih baik-baik saja. Waktu
berjalan, gue masih baik-baik saja. Walau sesekali kelepasan kentut. Detik
berganti, menit demi menit berlalu, adzan maghrib pun tiba dan bakso belum juga
datang.
Semua masih terkendali, walau produksi air liur gue meningkat 75% setelah setengah
lebih pengunjung mulai mengunyah bakso dan mie ayamnya, tapi pesanan gue belum
juga datang. Itu bakso macam jodoh aja, ditungguin gak ngerti ditungguin. Bikin
kesal saja!
Setelah
kurang lebih 2500 detik, akhirnya seorang lelaki menyapa dengan senyum yang
manis. Taraaa! Pesanan datang!
Mungkin
begini rasanya saat jodoh datang setelah kita lama menunggu, macam melihat
Abang Bakso membawa semangkok bakso dan es teh saat waktu berbuka datang.
Sampai
detik di mana gue nuangin kecap ke bakso, situasi masih terkendali. Pun di
detik saat gue naroh gorengan ke bakso, semua masih baik-baik saja. Tapi,
beberapa menit setelah sambal gue tuang ke mangkok. Serasa ditusuk dengan jarum
suntik, tanpa dibius terlebih dahulu! Duar!
Macam
orang kesurupan, gue angkat kaki sampai terdengar suara “GROK!”. Ya, lutut gue kepentok
meja. Tak butuh waktu lama untuk serangan-serangan berikutnya datang. Gue
menggelepak-gelepak di lantai dan berteriak, mata gue putih, gue kejang-kejang.
Anjir!
Gak
sampe segitunya juga sih, tapi sumpah demi kampret, tikus, dan precil yang
sering dimakanin kucing gue. Rasanya macam kesetrum! Panas yang menyengat,
bikin kaget dan bertubi-tubi. Gila!
Konyolnya
lagi, melihat gue yang sibuk garuk-garuk macam monyet kutuan, adik gue makan
dengan santai dan berkata “nyamuknya juga butuh darah buat buka puasa” pakyu!
Tapi
anehnya, dari berpuluh-puluh orang yang makan di situ, cuma gue yang mengalami
serangan dari nyamuk-nyamuk kerasukan setan itu. Gue berani sumpah, gue udah
mandi!
Apa
iya nyamuk juga puasa? Tapi,
kenapa cuma gue yang digigitin? Apa
mereka sengaja melakukan konspirasi jahat buat nglukai gue? Kalau
mereka lapar karena puasa seharian, ngomong! Gue bagi bakso! Gak harus gini
caranya kan?
Kalau
gue ada salah sama mereka, gue minta maaf. Segala masalah ada jalan keluarnya
kan? Kita bisa bicarakan baik-baik kan? Kenapa harus dengan cara melukai sih? Apa
nyamuk-nyamuk itu sudah terpapar paham radikalisme?
Gak
bisa dibiarin yang kaya gini ini! Cara kroyokan yang mereka lakukan ke gue itu
jahat! Lebih jahat dari Rangga yang bertahun-tahun gak ngabarin Cinta! Lebih
jahat dari iklan sirup yang disiarin siang-siangan di bulan ramadan! Lebih
jahat dari dia yang ninggalin gue di saat gue lagi sayang-sayangnya!
Gue
gak bisa nikmatin itu bakso. Rasa yang nempel di lidah, kalah menyengat
dibandingkan sengatan nyamuk di kaki dan bagian tubuh gue yang lain. Ini
serius, ini sengatan nyamuk terparah seumur hidup gue. Saking gedenya bengkak
yang dihasilkan oleh gigitan nyamuk itu, orang rumah sampai terbahak melihat luka
yang ditinggalkan oleh nyamuk-nyamuk radikal itu. Singkong rebus!
Sebagai
penggila bakso, sore ini adalah pengalaman makan bakso terburuk dalam hidup
gue. Bukan karena rasa dari bakso tersebut, boro-boro ngrasain, yang gue
pikirin saat makan bakso itu adalah kapan habisnya, gue pingin pergi dari
tempat itu se ce pat nya!
Gue
gak tahu apa yang nyamuk-nyamuk itu rasakan saat melihat kulit gue. Mungkin
sama seperti apa yang gue rasakan saat digratisin makan makanan enak sama
temen, atau justru seperti dihadapkan dengan makanan rendah lemak yang level
kenikmatan seperti makanan dengan kadar lemak tinggi. Gue benar-benar gak tahu!
Tapi
satu hal yang pasti gue tahu, pesta makanan dan kebahagiaan yang mereka nikmati
memunculkan dampak yang sangat tidak nyaman bagi hidup gue. Gue jadi penasaran,
nyamuk-nyamuk ini di mana saat Tuhan bagi-bagi otak? Ckckckck, hidup tapi gak
bisa mikir ya kaya mereka ini. Miskin empati!
Terimakasih
sebab di antara banyak pilihan, kalian cuma mengigit gue, gue anggap itu sebagai
pujian. Tapi jangan diulangi, atau gue laporin kalian ke polisi. Gue serius!
Saran
buat kalian yang ingin bepergian di malam hari ke tempat yang berpeluang ada
nyamuknya, pakailah pakaian tebal dan kaos kaki. Kalau perlu pakai hijab,
cadar, jaket, atau apa pun yang bikin kulit kalian tertutup. Asal jangan pakai
kain kafan dan dikasih jambul di kepala. Gak apa-apa sih, cuma gak kelihatan
modis aja.
Begitulah
kisah gue di ramadan kali ini, gak lucu dan banyak garingnya. Mungkin efek hati
gue yang kering karena lama tidak disiram dengan kasih sayang dari lelaki
pujaan.
Cukup sekian kisah tentang hidayah di bulan ramadan yang bikin gue tergerak
pingin nulis di blog ini. Walau sama sekali tidak berfaedah, gue harap kalian
tetap membaca sampai akhir biar gue gak sia-sia nulis cerita gak penting ini.
Gue hanya bidadari yang tidak sempurna, jika postingan kali ini tidak lucu,
semoga lain kali pun tidak lucu. Karena membuat lelucon itu berat, gue gak
sanggup. Kecuali kalau lo mau menghabiskan sisa umur lo buat nemenin gue dalam
tawa maupun lara. Hahahahahahahahaha.
Sampai
jumpa di lain waktu. Bye!
Foto: Google
Pituruh,
08 Juni 2018
0 komentar:
Posting Komentar