Copyright © Goresan Tinta Ela
Design by Dzignine
Sabtu, 06 September 2014

Putra



Tanpa rasa, tanpa asa.
Kau datang bagai petaka.
Menggores luka, membakar bara.

Hai kau, penghianat tak selalu terlaknat.
Namun, terbiasa menghianat sepantasnya dilaknat.
Bukan kamu berdosa, hanya harapku tlah binasa.
Bukan kamu bersalah, hanya lakumu yang tak terarah.

Dengar wahai kau, Putra.

Kau benar mempesona, namun hatiku tak lagi tergoda.
Kau benar memikat, namun rinduku tak patut kau ikat.

Kata demi kata ini bukanlah sajak.
Hanya rangkaian kalimat tak terucap.
Kenangan itu tak lagi pantas berharap.
Hanya tak patut untuk terus terungkap.

Kau Putra, lelaki muda yang haus akan bius dunia.
Ingat Putra, kau berjanji mengubur kebiasaan lama.

Kau benar, Putra.
Akulah wanita penggila hadirmu yang terdampar pada bulir air mata di pelupuk mata.
Kau benar, Putra.
Akulah puan yang mengharap janji masa depan bahagia ada pada kita.

Sayang disayang, Putra.
Semua harap tenggelam bersama sang mega.
Semua bahagia luruh bersama alir sang air mata.
Semua ingin kini sempurna hancur.

Lebur bagai debu sang kemarau.

Baca dan dengar bisik dedaunan pagi ini, Putra.
Aku sampaikan surat dalam kata tak terucap. 
Dariku, puan dengan hati terbalut.

Luka darimu kini mulai kembali pulih.

Jangan lagi sakiti.
Jangan lagi dekati.
Jangan kau gores.
Jangan kau toreh.

Berkawanlah, tanpa mencipta lawan.



Yogyakarta, 7 September 2014 
Ela Sri H

2 komentar:

  1. Terimakasih Putri, kebetulan aja nemu kata bagus di kepala hhe
    Kita kan seumuran, panggil Ela aja :)

    BalasHapus